Menjaga Kewarasan di Tengah Badai Informasi

Tidak ada komentar

 

Menjaga Kewarasan di Tengah Badai Informasi


Sebagai seorang Ibu sekaligus memiliki bisnis, aku tahu betul bagaimana rasanya terjebak dalam pusaran informasi yang tidak ada habisnya. Sehari-hari kita disuguhi berita dari berbagai penjuru, mulai dari hiruk pikuk politik, konflik global yang memilukan, hingga bencana alam yang menguras emosi.

Di satu sisi, kita ingin tetap up-to-date dan berkontribusi, misalnya dengan berdonasi untuk korban bencana atau perang. Namun di sisi lain, paparan yang berlebihan juga negatif bisa sangat menguras mental, bahkan sampai membuat kita merasa cemas dan lelah. Kalau teman-teman begitu ngga sih? Nah ini cara aku agar aku bisa menyaring informasi tanpa harus menutup mata sepenuhnya.

Batasi Diri: Kualitas Lebih Penting dari Kuantitas

Dulu, aku sering merasa FOMO (Fear of Missing Out) lho jika tidak mengikuti setiap headline berita. Akibatnya, pikiran aku selalu penuh dengan kekhawatiran yang tidak perlu. Belajar dari pengalaman, aku mulai deh sadar akan pentingnya membatasi waktu dan sumber informasi. 

Tidak perlu setiap saat membuka aplikasi media atau scroll media sosial. Jadi coba deh kita buat waktu khusus untuk membaca berita hanya 15-30 menit di pagi hari. Pilih sumber berita yang terpercaya dan netral. Hindari sumber yang sensasional atau provokatif, karena itu hanya akan menambah beban mental kita. Ingat lebih baik sedikit tapi berkualitas, daripada banyak tapi bikin kepala pusing.

Pilah Informasi: Mana yang Penting, Mana yang Bisa Dilewatkan

Ngga semua ya informasi yang ada itu jadi perhatian penuh dari kita. Ada berita yang memang penting untuk diketahui, seperti informasi tentang informasi tentang bencana alam yang membutuhkan bantuan atau kebijakan baru yang berdampak langsung pada bisnis dan keluarga. Namun, ada juga informasi yang sifatnya lebih banyak drama dan komedi publik yang sebenarnya tidak perlu terlalu kita masukkan ke hati.

Kuncinya adalah memilah dengan bijak. Tanyakan pada diri sendiri: "Apakah informasi ini benar-benar relevan untuk saya saat ini? Apakah saya bisa melakukan sesuatu untuk mengubahnya?". Jika jawabannya tidak, mungkin lebih baik dilewati saja. Fokuskan energi kita pada hal-hal yang bisa kita kontrol dan pengaruhi.

Jaga Jarak Bukan Berarti Tidak Peduli

Menjaga jarak dari informasi yang mengganggu bukan berarti kita tidak peduli. Justru sebaliknya, ini adalah cara kita melindungi diri agar tetap bisa berfungsi optimal dan memberikan dampak positif. Kalau mental kita sudah terkuras habis oleh berita negatif, bagaimana kita bisa fokus pada pekerjaan, merawat keluarga atau bahkan membantu orang lain?

Aku suka melakukan yang namanya "detoks digital" sesekali. Seperti matikan notifikasi, ngga scroll media sosial selama beberapa jam dan pernah bahkan seharian. Waktu yang ada aku gunain baca buku (terutama novel biar sedikit menghibur hehehe), olahraga atau ngobrol ke cafe dan kadang nonton film di bioskop.

Kontribusi Positif: Salurkan Kepedulian

Ketika ada berita tentang penderitaan atau ketidakadilan, wajar saja sih kalau kita merasa ingin berbuat sesuatu. Daripada hanya merasa sedih dan terbebani, kita bisa menyalurkannya dalam Aksi Nyata. Ikut berdonasi, mencari orang yang bisa membantu korban (misal ada berita kehilangan dan lain-lain).

Melindungi mental dari distraksi informasi memang sebuah tantangan, apalagi di era digital seperti sekarang. Namun, dengan menerapkan batasan, memilah informasi, menjaga jarak dan menyalurkan kepedulian secara positif, kita bisa tetap waras dan produktif. Ingat ya, kesehatan mental kita ini adalah aset paling berharga, jadi jaga baik-baik ya!



Tidak ada komentar